Menjadi penghafal Al-Qur’an adalah mimpi dan cita-cita yang sangat mulya bagi keluarga muslim di seluruh dunia. Al-Qur’an yang diturunkan sebagai mukjizat dari Allah SWT kepada nabi akhir zaman Muhammad SAW. Al-Qur’an adalah pedoman hidup bagi umat manusia.
Ini Dia Kunci Sukses Menjadi Penghafal Al-Quran
Berikut dibawah ini, poin-poin penting, agar anda dan keluarga bisa sukses menjadi penghafal Al-Qur’an :
- Bacaan Al Qur’an yang Benar.
Menghafal Al Quran memang bukanlah hal yang mudah. Bisa jadi, ini seperti suatu hal yang tidak mungkin bagi sebagian orang. Al Quran memiliki jumlah ayat yang sangat banyak. Ditambah dengan adanya banyak kalimat yang mirip atau juga berulang, baik itu dalam surat yang sama maupun pada surat yang berbeda. Belum lagi, Al Quran juga memiliki hukum-hukum bacaan dan aturan-aturan tempat keluarnya huruf yang wajib untuk digunakan setiap kali membacanya. Sedikit saja kesalahan dalam hukum bacaan maupun tempat keluarnya huruf, akan memberikan efek yang sangat fatal, karena dapat mengubah arti dari ayat tersebut. Kesalahan-kesalahan kecil yang terjadi dapat menimbulkan efek yang sangat besar. Bisa saja yang harusnya memiliki arti baik berubah menjadi buruk maupun sebaliknya. Untuk itu, seseorang yang akan mengahafalkan Al Quran, wajib baginya untuk mempelajari dan menguasai hukum tajwid. Meskipun sudah banyak orang yang menjadi hafidz (penghafal) Al Quran bermunculan, namun sebagian orang masih menganggap bahwa menghafal Al Quran itu adalah hal yang sulit, atau bahkan mustahil.
Ingatlah, bahwa Al Quran merupakan perkataan dari Zat Yang Maha Tinggi, Yang Maha Suci dan Mulia. Maka tentu saja tidak akan mudah dan tidak sembarang manusia yang dapat menjadi penghafalnya. Al Quran adalah kitab yang suci, maka penghafalnya pun harus memiliki jiwa dan hati yang bersih. Dibutuhkan niat dan keistiqamahan untuk melewati segala ujian dan rintangan selama proses penghafalan dan penjagaan hafalan. Kemalasan, kejenuhan, pesimisme, maksiat, dan dosa-dosa baik dosa besar maupun dosa-dosa kecil adalah tantangan yang harus dikalahkan bagi mereka yang benar-benar ingin menjadi seorang hafidz Al Quran.
Kesediaan untuk mempersiapkan waktu khusus untuk menghafal Al Quran juga biasanya menjadi faktor yang berpengaruh dalam proses penghafalan. Seseorang yang berada di lembaga pendidikan pesantren tentunya akan lebih berpotensi besar untuk dapat menghafal Al Quran dengan lebih cepat ketimbang mereka yang aktivitasnya adalah sebagai pekerja yang berangkat pagi dan pulang malam. Di pesantren, Al Quran ibarat menu yang dihidangkan dan harus disantap setiap saat. Sedangkan bagi pekerja, waktu untuk berinteraksi dengan Al Quran biasanya sangat sedikit. Meskipun demikian, bukan berarti hanya anak-anak pesantren saja yang dapat menjadi seorang hafidz Al Quran. Masalahnya hanya terletak pada waktu dan keistiqamahan saja. Semakin sedikit waktu yang diluangkan untuk Al Quran, maka semakin lama baginya untuk dapat menghafal Al Quran, sehingga membutuhkan tingkat keistiqamahan yang ekstra.
2. Niat yang Ikhlas dan Pemahaman akan Fadhilah yang Benar
Niatkan dan istiqamahkan niat untuk menghafal Al Quran hanya karena Allah swt dan untuk Allah swt. Tidak mengharapkan sesuatu apa pun di dunia, melainkan hanya untuk mendapatkan ridho-Nya. Jangan sekali-kali menghafalkan Al Quran dengan tujuan untuk mendapatkan kedudukan di masyarakat maupun pada kelompok tertentu. Biarkan kemuliaan itu datang dengan sendirinya setelah hati, jiwa, dan pikiran kita terisi dengan Al Quran. Sesungguhnya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang berilmu. Kerjakan saja segalanya dengan ikhlas hanya untuk Allah swt, sehingga Allah akan menerima dan memudahkan langkah kita, dan memberikan balasan atas kehendak-Nya.
”Berniat saja hamba-Ku akan melakukan suatu kebaikan, sudah Aku sediakan baginya satu pahala. Kalau sampai dia melakukan niatnya itu, Aku sediakan baginya paling sedikit sepuluh pahala, bahkan ada yang sampai tujuh ratus pahala. Sebaliknya, bila dia hanya berniat saja akan melakukan suatu kejahatan Aku diamkan. Kalau sampai dia melakukannya, Aku akan catat untuknya satu dosa.” (Hadits Qudsi, H.R. at-Tirmidzi)
”Niat yang benar (ikhlas) itu tergantung di Arsy. Jika seseorang benar niatnya, maka Arsy pun akan berguncang dan orang tersebut mendapat ampunan” (H.R. Khatib dari Ibnu Abbas).
Pemahaman yang benar terhadap fadhilah menghafal Al Qur’an akan menumbuhkan motivasi intrinsik yang kuat untuk menghafalnya. Seperti seseorang yang akan menjalani perjalanan jauh, ia harus memiliki pemahaman untuk apa ia melakukan perjalanan, tujuan yang akan dituju, manfaat apa yang akan ia peroleh ketika ia telah mencapai tujuan, dan perbekalan apa yang harus ia bawa untuk menempuh perjalanan tersebut. Oleh sebab itu, memiliki pemahaman yang benar dan kuat terhadap fadhilah menghafal Al Qur’an akan membantu seseorang yang berniat menghafal Al Qur’an, dan membantunya untuk melakukan reorientasi terhadap niat dan keikhlasannya saat ia jenuh, malas, atau mengalami penurunan konsistensi terhadap niat menghafal Al Qur’an.
Abu Musa ra berkata: Rasulullah saw bersabda: Perumpamaan seorang mukmin yang dapat membaca Al Qur’an dan menghafalnya seperti buah jeruk yang baunya harum, rasanya lezat dan perumpamaan mukmin yang tidak dapat membaca Al Qur’an bagaikan kurma yang tidak berbau namun rasanya lezat, sedangkan perumpamaan orang munafik yang dapat membaca Al Qur’an bagaikan bunga yang baunya harum tetapi rasanya pahit, dan perumpamaan orang munafik yang tidak dapat membaca Al Qur’an bagaikan hanzhal (sejenis labu) yang tidak berbau dan berasa pahit. (H.R. al-Bukhari dan Muslim)
3. Menjauhi Kemaksiatan dan Dosa
Al Quran adalah firman Allah yang Maha Suci. Ia tidak akan masuk dan melekat di dalam hati yang kotor dan berdosa. Kemaksiatan akan menghalangi cahaya Illahi yang akan masuk ke dalam hati, dan hanya akan mengingatkannya pada nafsu duniawi saja.
Imam Syafi’i adalah seseorang yang memiliki kemampuan menghafal Al Quran yang luar biasa. Kecepatannya dalam menghafal sudah tidak diragukan lagi. Namun, suatu ketika beliau mengadu kepada gurunya perihal hafalannya itu. Imam Syafi’i mengadu bahwa suatu hari beliau mengalami kelambatan dalam menghafal. Mendengar pengaduan Imam Syafi’i, sang guru pun memberikan obat kepada beliau. Obat yang diberikan hanyalah sebuah nasihat, namun terbukti ampuh sebagai solusi permaslahan yang di alaminya. Gurunya berkata kepada Imam Syafi’i, agar meninggalkan segala bentuk perbuatan maksiat dan bersihkan hati dari setiap penghalang antara ia dan Robb-nya.
Imam Syafi’i rahimahullah berkata :
Aku mengadu kepada (guruku) Waki’ atas buruknya hafalanku
Maka dia pun memberiku nasihat agar aku meninggalkan kemaksiatan
Dia memberitahuku bahwa ilmu itu adalah cahaya
Dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada orang yang selalu bermaksiat.
Sesungguhnya Allah swt akan senantiasa menolong hamba-Nya yang berjuang di jalan-Nya. Maka barang siapa yang dapat membersihkan hati dan dirinya dari maksiat kepada Allah, maka Allah akan memberikan cahaya dan membukakan hatinya untuk senantiasa mengingat Allah dan firman-Nya. Allah swt akan memberikan kemudahan untuk mempelajari dan menghafal Al Quran.
4. Memanfaatkan Masa Muda
Ahnaf bin Qais meriwayatkan bahwasanya dia pernah mendengar seseorang berkata:
“Belajar di waktu kecil bagaikan mengukir di atas batu.”
Maka Ahnaf pun berkomentar :
“Orang dewasa itu lebih pandai, akan tetapi hatinya lebih sibuk.”
Anak kecil memang memiliki waktu luang yang lebih banyak, sehingga ia pun memiliki kesempatan yang lebih banyak untuk menghafal Al Quran. Sementara itu, orang-orang dewasa telah terlalu sibuk dengan urusan-urusan duniawinya sehingga kesempatan untuk menghafal Al Quran pun menjadi sangat sempit. Namun demikian, sebenarnya orang dewasa lebih pandai dari anak kecil. Jika mereka dapat meluangkan waktu dan mengosongkan hati serta pikirannya dari kesibukan duniawi, maka niscaya mereka akan mendapatkan kemudahan yang lebih untuk menghafal Al Quran. Allah swt berfirman:
“Dan sesungguhnya telah kami mudahkan Al Quran untuk pelajaran. Maka adakah orang yang mengambil pelajaran?”. (QS Al-Qamar: 17)
Menghafal Al Quran sejak usia muda akan menjadi tabungan di masa tua, manakala penglihatan telah semakin menurun sehingga tidak mampu lagi untuk membaca tulisan Al Quran. Hafalan yang sudah tertanam di dalam dada itulah yang akan memberikan kenikmatan kita untuk tetap dapat bertadarus dan sholat dengan bacaan Al Quran yang baik dan benar.
5. Memanfaatkan Waktu Efektif dan Waktu Luang
Sediakan waktu yang khusus digunakan untuk melakukan penghafalan Al Quran. Jangan menghafal Al Quran manakala hati dan pikiran sedang sibuk dengan suatu perkara. Perkara yang menyibukkan hati dan pikiran akan merusak konsentrasi untuk menghafal Al Quran. Carilah waktu yang tenang dimana hati dan pikiran dapat menyerap ilmu dengan mudah. Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan waktu-waktu efektif, seperti setelah melakukan sholat Maghrib, setelah sholat Tahajjud, setelah sholat Shubuh, dan sebagainya. Setelah sholat Subuh adalah waktu yang memiliki potensi besar untuk mendukung penghafalan Al Quran. Pada waktu itu, hati dan pikiran masih bersih dan segar, belum terkontaminasi oleh perkara-perkara duniawi.
6. Memilih Tempat yang Tepat
Pilihlah tempat-tempat yang tenang untuk menghafal Al Quran, sehingga hati, pikiran, penglihatan, dan pendengaran tidak akan terusik oleh hal-hal lain yang ada disekitar tempat tersebut. Masjid atau mushala adalah tempat yang paling utama untuk menghafal Al Quran. Masjid adalah rumah Allah yang akan memberikan ketenangan manakala kita sedang bertadarus maupun menghafalkan Al Quran.
’Aisyah ra berkata: Nabi saw mendengar seorang membaca Al Qur’an pada malam hari di masjid, maka Nabi bersabda: Semoga Allah merahmatinya, sungguh ia telah mengingatkan aku ayat ini dan ini yang telah dimansukhkan dari surat ini dan ini. (H.R. al-Bukhari dan Muslim)
7. Motivasi Diri yang Kuat dan Tekad yang Benar
Motivasi diri dan tekad yang benar adalah faktor besar yang mempengaruhi kemampuan menghafal Al Quran. Motivasi diri dan tekad yang kuat jauh lebih berperan daripada tekanan dari pihak-pihak luar, seperti adanya tekanan dari orang tua atau gurunya untuk menghafal Al Quran. Tekanan-tekanan semacam ini biasanya tidak akan bertahan dalam waktu yang lama. Justru tekanan semacam ini hanya akan menjadi sumber kekecewaan dan kejenuhan. Sedangkan motivasi yang timbul dari dalam diri akan terus bertahan dan semakin kuat manakala ia mendapatkan penyemangat yang berkesinambungan. Penyemangat tersebut dapat berasal dari teman seperjuangan, lomba-lomba, atau bahkan dari ayat-ayat Al Quran mengenai janji-janji Allah kepada umatnya yang berjuang di jalan-Nya. Sedangkan tekad yang kuat akan membantu menghapuskan bisikan-bisikan setan dan nafsu yang akan mempengaruhinya.
Imam Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah berkata :
“Barang siapa memiliki tekad yang benar maka setan akan berputus asa darinya, dan bila mana seorang hamba tidak teguh pendiriannya, maka setan akan selalu mengganggunya dan menjanjikan angan-angan yang terlalu jauh”.
8. Mengoptimalkan Seluruh Indra
Mengoptimalkan indra penglihatan, pendengaran, dan ucapan akan membantu memudahkan proses penghafalan. Setiap panca indra kita memiliki jalan tersendiri yang akan menyampaikannya kepada otak. Inilah yang akan memberikan hasil penghafalan yang kuat.
Bacalah mushaf Al Quran dengan bersuara secara berulang-ulang. Perhatikan betul hukum-hukum bacaannya sampai akhirnya bentuk dan halaman mushaf tersebut terus terbayang dan terekam di dalam ingatan. Membaca Al Quran dengan alunan nada yang indah akan membantu memudahkan proses penghafalan. Kita dapat saja meniru nada-nada dari Imam-imam Mekah melalui MP3 dan sebagainya.
9. Menggunakan Cetakan Mushaf Khusus
Penggunaan satu cetakan mushaf tentu saja menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi proses penghafalan. Dengan menggunakan satu cetakan mushaf, setiap kali membaca dan menghafal Al Quran akan lebih memudahkan penghafalan ketimbang menggunakan cetakan mushaf yang berbeda-beda. Jika cetakan mushaf yang digunakan berubah-ubah maka akan memberikan gambaran yang berbeda di dalam ingatan. Kita tidak akan dapat berkonsentrasi dan justru berpotensi untuk membuyarkan hafalan yang ada.
Dianjurkan menggunakan Mushaf Al-Qur’an Tikrar dari Syaamil Quran, karena menggunakan metode repetisi (pengulangan) yang sistematis.
Ini seperti logika umum kerja otak dimana otak sesungguhnya membutuhkan aktivitas repetisi untuk menguatkan jalur-jalur ingatan. Waktu khusus untuk melakukan repetisi atau pengulangan hafalan putra-putrinya dengan program satu jam bersama Al Qur’an, setiap hari, bertahun-tahun. Ini menunjukkan betapa disiplin dan konsistennya keluarga ini pada visi dan misi mereka tentang Al Qur’an yang sistematis.
sumber:http://alqurantikrar.com
Leave a Reply